Hosting Unlimited Indonesia

Pendidikan Karakter

BAB I
PENDAHULUAN

Pendahuluan
       Munculnya kasus sontek massal di salah satu SDN di Surabaya  menunjukkan bahwa karakter bangasa Indonesia telah luntur. Masyarakat sedang sakit. Bukan sakit fisik, melainkan sakit batin dan jiwanya. Bagaimana tidak, orang tua siswa yang mengadukan kasus sontek massal tersebut kepada sekolah dan Dewan Pendidikan Nasional (Diknas) setempat justru dicemooh, bahkan diusir oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sudah mulai kehilangan karakter sebagai bangsa yang santun dan jujur. 
      Apabila pendidikan dipandang gagal dalam membangun karakter bangsa, berarti ada yang salah dalam pendidikan saat ini. Beberapa kalangan yang menyebutkan bahwa kegagalan pendidikan disebabkan oleh disorientasi pendidikan. Pendidikan yang sejatinya dapat membangun pribadi yang holistik (utuh), di mana setiap pribadi akan dapat menemukan identitas diri, makna, dan tujuan hidupnya melalui hubungannya dengan alam, lingkungan, dan nilai-nilai spiritualitas (ketuhanan), atau membelajarkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotoriknya, realitasnya hanya mengembangkan aspek kognitif saja dan membuat anak teraliensi sari lingkungannya. 
       Berdasarkan penelitian Elkind mengenai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), anak yang terlalu dipaksakan untuk menguasai kemampuan kognitif akan menjadi stress karena terjadi ketidaksesuaian dengan usianya yang seharusnya bermain dan bereksplorasi. Salah satu alternatif untuk mengatasi fenomena di atas adalah melalui pendidikan karakter. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menjelaskan tentang pengertian, tujuan, fungsi, nilai-nilai pembentukan pendidikan karakter, proses pendidikan karakter, strategi pelaksanaan pendidikan karakter, pengembangan kurikulum pendidikan di Tingkat Satuan Pendidikan dan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Karakter 
      Pendidikan karakter  menurut Thomas Lickona adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.     Menurut Elkind dan Sweet, pendidikan karakter adalah :
“Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values”. 
Menurut Elkind dan Sweet, pendidikan karakter adalah upaya untuk membantu memahami manusia agar peduli atas nilai-nilai etis atau susila. 
Dari definisi-definisi pendidikan karakter di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian manusia dan nilai-nilai susila pada peserta didik.
B. Tujuan Pendidikan Karakter
       Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab. Secara substantif, tujuan pendidikan karakter adalah membimbing dan memfasilitasi anak agar memiliki karakter positif (baik). 

       Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan potensi kalbu atau nurani atau afektif peserta didik sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). 
       Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah membentuk, membangun, membimbing dan memfasilitasi anak agar mempunyai karakter yang baik.
C. Fungsi Pendidikan Karakter
Fungsi dari pendidikan karakter adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.
2. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.
3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
D. Nilai-nilai Pembentukan Pendidikan Karakter
       Adapun nilai-nilai pembentukan pendidikan karakter yang dikembangkan di Sekolah antara lain adalah sebagai berikut :
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa (Religius).
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri yang meliputi : Jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, ingin tahu, dan cinta ilmu.
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama yang meliputi : sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain, santun, demokratif.
4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan.
5. Nilai kebangsaan yang meliputi : nasionalis dan menghargai keberagaman. 
       Meskipun telah dirumuskan 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya untuk melanjutkan nilai-nilai prakondisi yang telah dikembangkan. Pemilihan nilai-nilai tersebut beranjak dari kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing, yang dilakukan melalui analisis konteks, sehingga dalam implementasinya dimungkinkan terdapat perbedaan jenis karakter yang dikembangkan antara satu sekolah dan atau daerah yang satu dengan lainnya. Implementasi nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan dapat dimulai dari nilai-nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan, seperti : bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan dan santun. 
E. Proses Pendidikan Karakter
       Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural pada konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan serta masyarakat.  Totalitas psikologis dan sosiokultural dapat dikelompokkan sebagaimana yang digambarkan dalam Bagan 

       Berdasarkan Bagan tersebut di atas, pengkategorian nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial-kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam: (1) olah hati ; (2) olah pikir; (3) olah raga/kinestetik; dan (4) olah rasa dan karsa. Proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing-masingnya secara konseptual merupakan gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai sebagaimana dapat di lihat pada gambar di atas. 

F. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter
       Pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui strategi dan pendekatan yang meliputi :
1. Pengintregasian nilai dan etika pada setiap pelajaran.
      Pelaksanaan pendidikan karakter dapat dilakukan dengan cara megintregasikan ke dalam penyusunan silabus dan indikator yang merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam KTSP.
       Intregasi mata pelajaran pada pendidikan karakter dapat dilihat pada tabel dibawah ini  :
No Mata Pelajaran Pendidikan Karakter
1 Pendidikan Agama Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan :
1. Bersalaman dengan mencium tangan guru untuk menimbulkan rasa hormat dan tawad}u’ kepada guru.
2. Penanaman sikap disiplin melalui shalat berjama’ah pada waktunya.
3. Penanaman nilai ikhlas dan pengorbanan melalui penyantunan terhadap anak yatim dan fakir miskin.
2 Bahasa Indonesia Dialog :
Pertama, dialog diusahakan berlangsung secara dinamis (dapat diselingi dengan humor-humor yang positif) karena kedua belah pihak terlibat secara langsung dalam pembicaraan.
Kedua, berusaha agar peserta didik tetap tertarik mengikuti percakapan sehingga dapat membantu dalam mengambil keputusan. Ketiga, selama dialog, pendidik menuntun peserta didik agar menjaga sopan santun dalam berbicara dan menghargai pendapat orang lain.
Bercerita : 
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam metode bercerita antara lain : pertama, dapat menggugah emosi peserta didik melalui penyampaian secara ekspresif. Kedua, kisah-kisah disampaikan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh peserta didik. Ketiga, sebaiknya cerita yang dipilih adalah cerita kehidupan keseharian anak-anak dan tidak dibuat-buat.
3 Pendidikan kewarganegaraan 1. Permainan peran dapat membantu peserta didik untuk mengenali emosi dari sendiri dan orang lain. Dengan bermain sosiodrama, peserta didik diharapkan mampu mengekspresikan berbagai emosi dan tingkah laku yang diperankan.
2. Mempelajari lintas budaya nusantara untuk menanamkan sikap toleransi dan rasa saling menghargai.
4 Matematika Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan :
1. Penanaman ketelitian terhadap peraturan yang berlaku dalam mengerjakan operasi hitung campuran.
2. Penanaman sikap menghargai pendapat orang lain yang menggunakan cara berbeda dalam mengerjakan tugas.
3. Belajar menumbuhkan kepercayaan diri dengan mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing.
5 IPA Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan :
1. Penanaman ketelitian dan sistematisasi dalam melakukan percobaan.
2. Pembinaan tanggung jawab melalui pengembalian alat-alat yang dipakai untuk percobaan ke tempat semula dalam keadaan rapi, bersih, dan aman.
3. Pembinaan kejujuran melalui pembuatan laporan sesuai hasil percobaan.
6 IPS Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan :
1. Penanaman kejujuran dalam bersosial dengan teman.
2. Penanaman sikap saling tolong-menolong dalam kebaikan di antara sesama teman.
3. Pembinaan tenggang rasa dalam pembahasan tentang materi-materi sosial.

2. Internalisasi nilai positif yang ditanamkan oleh semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, dan orang tua).
3. Pembiasaan dan latihan yaitu dengan komitmen dan dukungan berbagai pihak institusi sekolah dapat mengimplementasikan kegiatan-kegiatan positif seperti salam, senyum, dan sapa (3S) setiap hari saat anak datang dan pulang sekolah.
4. Pemberian contoh dan teladan.
5. Penciptaan suasana berkarakter di sekolah.
6. Pembudayaan. Pembudayaan adalah tujuan institusional suatu lembaga yang ingin mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah.  
G. Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Tingkat Satuan Pendidikan
1. Komponen KTSP
       Pendidikan karakter merupakan satu kesatuan program kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu, program pendidikan karakter secara dokumen diintegrasikan ke dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mulai dari visi, misi, tujuan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2. Tahapan pengembangan 
       Pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan perlu melibatkan seluruh warga sekolah, orang tua, siswa, dan masyarakat sekitar. Prosedur pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan karakter di satuan pendidikan dilakukan melalui tahapan sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangan.
3. Penyiapan perangkat dalam rangka pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan. 
       Terkait dengan penyiapan perangkat itu telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Penyiapan personil tingkat satuan pendidikan.
b. Penyiapan personil tingkat satuan pendidikan. 
c. Pemetaan kesiapan pelaksanaan pendidikan karakter di PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, SLB dan PKBM untuk setiap Kabupaten/Kota (Sumber: Bantuan Teknis Profesional Tim Pengembang Kurikulum di Tingkat Propinsi dan Kab/Kota, 2010; ToT Tingkat Utama dan Tingkat Nasional terhadap 1.200 orang peserta dari unsur-unsur unit Utama Kemendiknas, Dinas Pendidikan Provinsi & Kab/Kota, P4TK; LPMP; dan Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta). 
d. Menyiapkan bahan pelaksanaan pendidikan karakter pada setiap satuan pendidikan (Buku Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, 2011). 
e. Penyiapan bahan sosialisasi berupa bahan/materi pelatihan untuk pelaksanaan pendidikan karakter dengan waktu/masa pelatihan yang bervariasi berupa booklet, leaflet diperuntukan bagi pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di setiap satuan pendidikan. 
H. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah
       Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan dalam empat ranah sebagai berikut :
1. Pengajaran dan pembelajaran.
2. Pengembangan budaya sekolah (school culture) dan pusat kegiatan belajar.
3. Ekstra kurikuler.
4. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.
       Melalui keempat ranah tersebut, sekolah dapat melaksanakan pendidikan karakter dengan mengembangkan beberapa kegiatan inovatif dan kreatif. Kegiatan ini direncanakan oleh semua pemangku kepentingan pendidikan (stakeholders), dan disusun dalam Rencana Kerja Tahunan Sekolah (Renja) dan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), sehingga semua pemangku kepentingan di sekolah dapat memahami kegiatan-kegiatan tersebut dan merasa memiliki tanggung jawab untuk melaksanakannya. Untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan tersebut, semua pemangku kepentingan memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan improvisasi berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan mengembangkannya sebagai kegiatan inovatif untuk melaksanakan pendidikan karakter di sekolah.
Tabel : Ranah Pelaksanaan Pendidikan Karakter dan Kegiatannya
NO Ranah Penerapan Kegiatan
1 Pengajaran dan Pembelajaran 1. Membuka pelajaran dengan apersepsi tentang pendidikan karakter; 
2. Memajang hasil karya siswa;
3. Memberikan reward dan award terhadap prestasi siswa;
4. Mata pelajaran muatan lokal;
5. Pendidikan karakter melalui pelajaran PPKn;
6. Pendidikan karakter melalui mata pelajaran sastra.
2 Pengembangan Budaya Sekolah (School Culture) 7. Festival hari pertama sekolah (the first day festival);
8. Festival akhir tahun pelajaran;
9. Menyusun tata tertib sekolah/kelas (School/Classroom Rules);
10. Upacara bendera;
11. Kantin kejujuran;
12. Hari keluarga;
13. Bersalaman sebelum masuk kelas;
14. Membentuk kelompok paduan suara;
3 Ekstra Kurikuler 15. Kegiatan pramuka;
16. Kegiatan Palang Merah Remaja (PMR);
17. Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);
18. Kegiatan  dokter kecil;
19. Kelompok cinta alam;
20. Kelompok seni kriya;
21. Kelompok membaca dan menulis
4 Kegiatan Keseharian di Rumah dan Masyarakat 22. Pelatihan etiket makan;
23. Anak TK mendaki ke puncak Mahameru;
24. Menyanyikan lagu kebangsaan sebelum acara pertandingan sepakbola;
25. Gerakan Makassar Gemar Membaca (GMGM);
26. Progam Jum’at atau Ahad sehat;
27. Budaya antri bus masuk sekolah;
28. Memupuk kerjasama tetapi pantang menyontek;
29. Memupuk kebiasaan “On Time” atau tepat waktu. 

BAB III
PENUTUP

       Dari keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian manusia dan nilai-nilai susila pada peserta didik.
2. Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk, membangun, membimbing dan memfasilitasi anak agar mempunyai karakter yang baik.
3. Fungsi dari pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
4. Proses pelaksanaan pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural pada konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan serta masyarakat.
5. Pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui strategi dan pendekatan yang meliputi : Pengintregasian nilai dan etika pada setiap pelajaran, internalisasi nilai positif yang ditanamkan oleh semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, dan orang tua), pembiasaan dan latihan yaitu dengan komitmen dan dukungan berbagai pihak institusi sekolah dapat mengimplementasikan kegiatan-kegiatan positif seperti salam, senyum, dan sapa (3S) setiap hari saat anak datang dan pulang sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Desain Induk Pendidikan Karakter. 2010.
Elkind. Pendidikan Holistik : Pendekatan Lintas Perspektif.  Jakarta : Prenada Media, 2011.
Fitri, Agus Zaenul. Reinventing Human Character :Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012.
Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter : Konsep dan Implementasi. Bandung : Alfabeta, 2012.
Kemendiknas. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta : Puskur, 2010.
Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Kemendiknas 2011. 
Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Kemendiknas 2011.
Panduan Pendidikan karakter di Sekolah Menengah Pertama, Kemendiknas 2010.




       



Previous
Next Post »