Hosting Unlimited Indonesia

KONFIRMASI HADIST DENGAN ILMU PENGETAHUAN


KONFIRMASI HADIST DENGAN ILMU PENGETAHUAN
By : Ahmad Syaifudiin
A.    Pendahuluan.
Bila kita lihat kemajuan ilmu pengetahuan sa’at ini bisa dikatakan sudah mencapai pada puncaknya. Sehingga, dengan kemajuan ilmu pengetahuan tersebut hadist yang dulunya belum diketahui apakah in hadist sohih, dhoif maudu’ dan lain sebagainya akan segera dapat diketahui melalui ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat ini melalui pembuktian yang empirik dan logik.
Oleh karena itu kita sebagai generasi penerus para ilmuan muslim harus berusaha lebih giat untuk memahami tentang kebenaran dari suatu hadist itu sendiri baik melalui ilmu pengetahuan maupun dari hal-hal lainya sehingga dengan begitu kita akan bisa mengatakan apakah hadist ini benar-benar layak untuk digunakan ataukah tidak.
Untuk itu pada makalah kali ini akan sedikit mengulas tentang bagaimana mengetahui hukum dari pada matan hadist bila dilihat dari ilmu pengetahuan. Semoga bermanfaat
B.     Pembahasan
1.    Pengertian konfirmasi dan ilmu pengetahuan
Kata konfirmasi berasal dara kata confirmation yang artinya yakni penegasan, pengesahan.[1] Sedangkan bila kata konfirmasi ditarik kebahasa Indonesia maka kita juga akan menemukan makna yang sama yakni pengesahan, penegasan serta serta pembenaran.[2]
Adapaun ilmu secara bahasa di dalam bahasa arab berasal dari kata ”alima” yang berarti tahu, sedangkan di dalam bahasa inggris berasal dari kata science atau pengetahuan. Sedangkan pengertian ilmu dan pengetahuan secara terminologis menurut ansari mempunyai pengertian yang sama yaitu mempunyai ciri-ciri empirical, logic, sistematis dan juga umum (harus dapat dipelajari oleh setiap orang, tidak bersifat esoteric)[3].
Bila kita melihat kamus besar bahasa Indonesia maka kita akan menemukan pengertian dari pada ilmu yakni suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu[4].
Dari uraian pengertian ilmu menurut kamus besar bahasa Indonesia di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya di dalam ilmu setidaknya terdapat tiga komponen yakni pengetahuan, aktivitas (usaha memperoleh dan menghasilkan ilmu) dan juga motode.
Hal ini diperkuat dengan ucapan beberapa filosuf sebagaimana dikutip Liang Gie yang mengatakan bahwasanya secara umum ilmu merupakan suatu kumpulan ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang dibuat melalui proses atau rangakian aktivitas dengan menggunakan suatu metode guna memperoleh suatu pengetahuan yang objektif dan dapat dipertanggung jawabkan dimuka umum[5].
Dari uraian pengertian di atas dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwasanya konfirmasi hadist dengan ilmu pengetahuan yakni member sebuah pembenaran ataupun penegasan ulang mengenai kebenaran sebuah hadist dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis agar dapat diketahui derajat dari pada sebuah matan hadist.
2.    Contoh konfersi hadist dengan ilmu pengetahuan
7605 - حَدَّثَنَا أَبُو زَيْدٍ الْحَوْطِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، ح وحَدَّثَنَا أَحْمَدُ بن مُحَمَّدِ بن يَحْيَى بن حَمْزَةَ الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بن عَيَّاشٍ، قَالا: حَدَّثَنَا عُفَيْرُ بن مَعْدَانَ، عَنْ سُلَيْمِ بن عَامِرٍ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، قَالَ:"وُكِّلَ بِالشَّمْسِ تِسْعَةُ أَمْلاكٍ يَرْمُونَهَا بِالثَّلْجِ كُلَّ يَوْمٍ، لَوْلا ذَلِكَ مَا أَتَتْ عَلَى شَيْءٍ إِلا أَحْرَقَتْهُ". المعجام الكبير للطبا راني ج 7 ص184
Artinya : Sesungguhnya Rosululloh SAW berkata telah dikuasakan untuk (mengontrol) matahari sebanyak Sembilan malaikat yang terus menerus melempari matahari tersebut dengan bola salju setiap hari. Jika tidak demikian, maka sinar matahari tidak sekali-kali menimpa sesuatu (di atas permukaan bumi) kecuali akan menghanguskanya[6].
Hadist di atas bila kita tinjau dari segi ilmu pengetahuan jelas sama sekali tidaklah rasional. Karena apa? Sebagaimana yang kita ketahui salah satu syarat suatu ilmu pengetahuan agar bisa diterima yakni haruslah logic (bisa difahami dengan akal). Sedangkan bila kita merujuk pada hadist di atas sangatlah tidak bisa diterima dengan akal rasional.
Baru-baru ini telah ada sebuah penelitian dan memang benar-benar terbukti bahwa tidak ada gambaran frekuensi lemparan salju pada matahari. Disampint itu, ilmu pengetahuan (fisika) telah membuktikan bahwa yang meminimalisir panasnya matehari adalah karena jauhnya jarak matahari dengan bumi kita yang kurang lebih jaraknya 150 juta kilometer cahaya[7]. Sehingga, sungguh keterlibatan sejumlah malaikat merupakan suatu hal yang ghoib yang tidak bisa dibuktikan secara empiric maupun secara akal.
Disamping itu semua, menurut beberapa ulama’ mengatakan bahwa hadist di atas merupakan hadist dho’if karena ada salah seorang rowi yang diragukan derajatnya sebagai seorang rowi. sehingga apabila hadist di atas dikatakan hadist dhoif maka sudah dipastikan hadist tersebut menjadi hadist maudhu’ dari segi matanya[8].
C.    Simpulan
Seiring dengan majunya ilmu pengetahuna maka metode kritik matan pun juga akan mengalami perkembangan yang salah satunya yakni melakukan kritik matan dengan menggunakan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk melakukan kritik dari pada matan itu sendiri.
Dengan melakukan kritik matan dengan menggunakan ilmu pengetahuan ini maka kita akan bisa mengetahui suatu hadist yang dulunya belum diketahui derajatnya akan bisa diketahui setelah dilakukan kritik matan dengan menggunakan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk melakukan kritik dari pada matan tersebut

Referency
Abbas. Hasjim 2004. Kritik Matan Hadist Versi Muhadisti dan Fuqoha. Yogyakarta : Teras.
Anshari. Endang Saifuddin. 1979. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya : Bina Ilmu.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Jakarta : Balai Pustaka.
Gie. The Liang. 2002. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberti Yogyakarta
Maktabah Syamilah. Mu’jam Kabir al-Thobarani. Juz 7.
Maktabah syamilah. As-silsilah ad-dho’ifiyah. Juz 1.
Setiawan. Ebta.  2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi Digital.
Syadily. John M Echols and Hassan. 2005. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.



[1] John M Echols and Hassan Syadily. 2005. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm 137
[2] Ebta Setiawan. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi Digital.
[3] Endang Saifuddin Anshari. 1979. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya : Bina Ilmu. Hlm 45
[4] Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Jakarta : Balai Pustaka. Hlm. 423
[5] The Liang Gie. 2002. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberti Yogyakarta. Hlm. 86
[6] Maktabah Syamilah. Mu’jam Kabir al-Thobarani. Juz 7. Hlm. 184.
[7] Hasjim Abbas. 2004. Kritik Matan Hadist Versi Muhadisti dan Fuqoha. Yogyakarta : Teras. Hlm. 122
[8] Maktabah syamilah. As-silsilah ad-dho’ifiyah. Juz 1. Hlm. 370
Previous
Next Post »