II. PEMBAHASAN
A.
Sanad
1.
Pengertian
Sanad menurut
bahasa artinya sandaran atau sesuatu yang dijadikan sebagai sandaran, dikatakan
demikian karena suatu hadis bersandar kepadanya[1]. Sedangkan
pengertian sanad menurut istilah ilmu hadis, banyak ulama yang mengemukakannya,
diantaranya ialah:
-
As
Suyuti dalam bukunya Tadrib ar Rawi, hal 41[2],
menulis:
الاِخْبَارُ
عَنْ طَرِيْقِ الْمَتَنِ
“Berita
tentang jalan matan”
-
Mahmud
at Tahhan, mengemukakan sanad adalah[3]:
سِلْسِلَةُ الرِّجَالِ الْمُوْصِلَةِ
اِلىَ الْمَتْنِ
“Mata rantai
para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada matan hadis.”
Dalam bidang
ilmu hadis sanad itu merupakan salah satu neraca yang menimbang shahih
atau dhaifnya suatu hadis. Jika para pembawa hadis tersebut orang-orang
yang cakap dan cukup persyaratan, yakni adil, taqwa, tidak fasik, menjaga
kehormatan diri, dan mempunyai daya ingat yang kuat, sanadnya bersambung dari
satu periwayat kepada periwayat lain sampai kepada sumber berita pertama, maka
hadisnya dinilai shahih. Begitupun sebaliknya, andaikan salah seorang
dalam sanad ada yang fasik atau yang tertuduh dusta atau setiap para pembawa
berita dalam mata rantai sanad tidak bertemu langsung (muttashil), maka
hadis tersebut dhaif sehingga tidak bisa dijadikan hujjah.
2.
Contoh
Sanad
حدثنا
عبد الله بن يوسف قا ل أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه
قال : سمعت
رسول الله صلى الله عليه قرأ فى المغرب الطور. (رواه البخاري)
Artinya:
“memberitakan kepada kami Abdullah bin Yusuf
ia berkata; memberitakan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin
Jubair bin Muth’im dari ayahnya berkata: “aku mendengar Rasulallah SAW membaca
surah Ath-Thur pada salat maghrib.” (HR. Al-Bukhori)
Dari contoh hadis di atas jika diteliti, maka
yang dimaksud dengan sanad adalah dimulai dari haddatsana Abdullah bin
Yusuf hingga pada lafadz ‘An biihi qaala, yang
menyambungkan kepada Rasulullah SAW. Agar lebih jelas berikut ini diterangkan
dalam bentuk denah periwayatan hadits di atas[4].
|
||||||||||
B.
Matan
1.
Pengertian
Kata
matan menurut bahasa berarti ما ارتفع وصلب من الارض yang berarti tanah yang tinggi dan keras,namun
ada pula yang mengartikan kata matan dengan arti kekerasan, kekuatan,
kesangatan.[5]sedangkan
arti matan menurut istilah ada banyak pendapat yang dikemukakan para ahli
dibidangnya, diantaranya:
-
Menurut
Muhammad At Tahhan[6]
ما ينتهى اليه السند من الكلام
“suatu kalimat tempat berakhirnya
sanad”
-
Menurut
Ath Thibbi[7]
الفاظ
الحديث التى تتقوم بها معاني
“lafadz hadis yang
dengan lafadz itu terbentuk makna”
Jadi pada
dasarnya sanad itu ialah berupa isi pokok dari sebuah hadis, baik itu berupa
perkataan Nabi atau perkataan seorang sahabat tentang Nabi. Posisi matan dalam
sebuah hadis amatlah penting karna dari matan hadis tersebutlah adanya berita
dari Nabi atau berita dari sahabat tentang Nabi baik itu tentang syariat atau
pun yang lainnya,
2.
Contoh
matan
عن
أم المؤمنين عا ئشة رضى الله عنها قالت : قال رسول الله , من أحدث فى أمرنا هذا ما
ليس منه فهو رد. (رواه متفق عليه)
“warta
dari Ummu Al Mukminin, ‘Aisyah ra., ujarnya: ‘Rasulullah SAW telah bersabda:
barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan
(agamaku), maka ia tertolak’. ” (Hr. Bukhori dan Muslim)
Dari contoh
hadist diatas yang dimaksud dengan matan hadis ialah lafadz yang dimulai dengan
من أحدث hingga
lafadz فهو
رد atau dengan kata lain yang dimaksud
dengan bagian matan dari contoh hadis di atas ialah lafadz من أحدث فى أمرنا هذا
ما ليس منه فهو رد “barang siapa yang mengada-ngadakan
sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan (agamaku), maka ia tertolak’.”
C.
Mukharrij
Kata Mukharrij merupakan bentuk Isim Fa’il (bentuk pelaku)
dari kata takhrij atau istikhraj dan ikhraj yang dalam
bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan dan menarik.[8]sedangkan
menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau
menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa
yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya)[9].
Di dalam suatu hadis biasanya disebutkan pada bagian terakhir nama dari orang
yang telah mengeluarkan hadis tersebut, semisal mukharrij terakhir yang
termaksud dalam Shahih Bukhari atau dalam Sahih Muslim, ialah
imam Bukhari atau imam Muslim dan begitu seterusnya.
Seperti pada contoh hadis yang pertama, pada bagian paling akhir
hadis tersebut disebutkan nama Al-Bukhari (رواه
البخاري) yang menunjukkan
bahwa beliaulah yang telah mengeluarkan
hadis tersebut dan termaktub dalam kitabnya yaitu Shahih Al-Bukhari.
Begitu juga dengan contoh hadis kedua yang telah mengeluarkan hadis tersebut
ialah Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim.
D.
Tabaqat
al-Ruwwat
Secara bahasa
kata tabaqat diartikan; kaum yang serupa atau sebaya. Sedangkan
menurut istilah tabaqat ialah[10];
قوم تقاربوا في السن والاسناد أوفي
الا سناد
“Kaum
yang berdekatan atau sebaya dalam usia dan dalam isnad atau dalam isnad saja”
Tabaqat adalah
kelompok beberapa orang yang hidup dalam satu generasi atau satu masa dan dalam
periwayatan atau isnad yang sama atau sama dalam periwayatan saja.menurut
Ibnu Hajar Al-Asaqalani, Tabaqat Al Ruwwah sejak masa sahabat sampai pada
akhir periwayatan ada 12 tabaqat yaitu sebagai berikut:
a.
Sahabat dengan berbagai
tingkatannya.
b.
Tabi’in senior seperti Sa’id bin Al-Musayyab
c.
Tabi’in pertengahan seperti Al-Hasan dan Ibnu Sirin
d.
Tabi’in dekat pertengahan seperti Az-Zuhri dan Qatadah
e.
Tabi’in yunior seperti Al-A’masy
f.
Tabi’in yunior tetapi tidak bertemu
seorang sahabat seperti Ibnu Juraij
g.
Tabi’i Tabi’in senior seperti Malik bin Anas dan Sufyan Ats-Tsauri
h.
Tabi’i Tabi’in pertengahan seperti Ibnu Uyaynah dan Ibnu Ulayyah
i.
Tabi’i Tabi’in yunior seperti Abu Dawud Ath-Thayalisi dan Asy-Syafi’i
j.
Murid Tabi’i Tabi’in senior seperti Ahmad bin Hambal
k.
Murid Tabi’i Tabi’in pertengahan seperti Adz-Dzuhali dan Al-Bukhori
l.
Murid Tabi’i Tabi’in yunior seperti At-Tirmidzi
Di antara
faedah mengetahui tabaqat al-ruwwah ini adalah menghindarkan kesamaan
antara dua nama atau beberapa nama yang sama atau hampir sama. Selain itu
faedahnya juga yaitu untuk mengetahui ke-muttashil-an atau ke-mursal-an
suatu hadis. Sebab suatu hadis tidak dapat ditentukan sebagai hadis muttasil
atau mursal, kalau tidak mengetahui apakah tabi’in yang meriwayatkan hadis dari
seorang sahabat itu hidup segenerasi atau tidak.[11]untuk memudahkan pemahaman
tentang tabaqat al-ruwwah berikut ini akan dipaparkan denah thabaqat
al-ruwwah menurut Al-Atsqalani:
TABAQAT AL-RUWWAH
MENURUT IBNU HAJAR AL-ATSQALANI
E. Hadis ‘Ali dan Nazil
1. Pengertian
Dari segi
bahasa ‘Ali ialah bentuk isim fa’il dari kata العلو = sesuatu yang tinggi[12],
antonym dari lafadz النزول = rendah dan turun. An-Nazil berasal dari
kata An-Nuzul. Tinggi dan rendah dapat berlaku pada suatu tempat atau
pada status dan kedudukan. Sedangkan pengertian hadits ‘Ali menurut para ahli
hadis ialah;[13]
ما قل عدد رواته الى الرسول صلى الله
عليه وسلم بالنسبة لسند اخر
“suatu hadis yang
sedikit jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah SAW. Dibandingkan dengan
sanad lain”
Sedangkan pengertian hadis Nazil menurut ahli hadis ialah;[14]
ما كثر عدد رواته الى الرسول صلى الله
عليه وسلم بالنسبة لسند اخر
“suatu hadis yang
banyak jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah SAW. Dibandingkan dengan
sanad lain”
Dari pengertian diatas jelaslah bahwa yang dimaksud dengan hadis ‘Ali
ialah hadis yang jumlah perawinya lebih sedikit, sedangkan yang dimaksud dengan
hadis Nazil ialah hadis yang jumlah periwayatnya lebih banyak. Misalnya sanad suatu
hadis mencapai 9 orang sementara sanad hadis lainnya hanya 7 atau 5 orang,
tentu yang sanadnya hanya 7 atau 5 itu yang disebut dengan hadis ‘Ali dan hadis
yang sanadanya mencapai 9 orang yang disebut dengan hadis Nazil.
2.
Macam-Macam
Hadis ‘Ali
Hadis ‘Ali dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:[15]
a.
‘Ali
mutlak, yaitu hadis yang lebih dekat para
perawinya dalam sanad dengan Rasulullah karena lebih sedikit jumlahnya
dibandingkan dengan sanad lain pada hadis yang sama. ‘Ali mutlak ini yang
paling tinggi diantara macam-macam ‘Ali apabila memiliki sanad yang shahih.
b.
‘Ali
Nisbi, yaitu hadis yang dekat atau
sedikit jumlah perawinya dalam sanad dengan sesuatu tertentu:
1)
Dekat
dengna salah seorang Imam Hadis.
2)
Dekat
dengan salah seorang pengarang kitab induk hadis yang dapat dipedomani. Dalam
hal ini ada beberapa macam:
a)
Muwafaqah, yaitu jika melalui sanad Syaikh (guru) salah seorang penghimpun
hadis kedalam kitab hadis lebih dekat atau lebih sedikit dari pada melalui
sanad penghimpun tersebut.
b)
Badal, yaitu jika melalui sanad Syaikhnya Syaikh (gurunya guru) salah
seorang penghimpun kitab hadis lebih dekat atau lebih sedikit dari pada melalui
sanad penghimpun tersebut.
c)
Musawah, yaitu adanya persamaan jumlah isnad dari seorang perawi sampai
akhir dengan isnad salah seorang penghimpun hadis ke dalam buku hadis.
d)
Mushafahah, yaitu persamaan jumlah para perawi dalam sanad dari seorang
perawi sampai akhir dengan isnad murid salah seorang penghimpun kitab hadis.
Dinamakan mushafahah karena pada umumnya kedua belah pihak antara perawi
sebuah hadis dengan murid salah seorang penghimpun hadis tersebut berjabat
tangan.
3)
‘Ali
karena sebagian perawi meninggal terlebih dahulu. Terkadang didapatkan dua
isnad yang sama jumlah para perawi dalam sanad, tetapi salah satu sanad
terdapat sebagian perawi yang meninggal terlebih dahulu maka ia di hukumi ‘Ali.
4)
‘Ali
karena lebih dahulu mendengar. Misalnya dua orang perawi sama-sama mendengar
suuatu hadis dari seorang Syaikh. Tetapi salah satunya telah mendengar sejak 60
tahun yang lalu sementara perawi yang satu lagi telah mendengar sejak 40 tahun
yang lalu, jumlah perawi dalam sanad sama. Sanad pertama ‘Ali karena lebih
dahulu mendengar.
3.
Macam-Macam
Nazil
Hadis Nazil dibagi menjadi beberapa macam yaitu sebagai berikut:[16]
a.
Sanad
yang bilangan rawinya banyak sampai kepada Nabi.
b.
Sanad
yang bilangan rawinya banyak sampai kepada salah seorang Imam Hadis
c.
Sanad
yang bilangan rawinya banyak sampai kepada satu kitab hadis yang teranggap
d.
Sanad
yang di dalamnya ada rawi yang menerima dari seorang Syaikh yang kemudian
meninggal, juga dari rawi lain yang menerima dari Syaikh itu.
e.
Sanad
yang di dalamnya ada rawi yang mendengar dari seorang Syaikh, kemudian
(belakangan) rawi itu menerima dari rawi lain yang juga mendengar dari Syaikh
itu.
Mayoritas ulama menilai hadis ‘Ali lebih utama dari pada hadis
Nazil, karena ia lebih jauh dari kemungkinan-kemungkinan cacat. Tujuan ulama
mutaqaddimin mengetahui Isnad ‘Ali yang dekat dengan Rasulullah, karena
sangat dimungkinkan sedikit kesalahan dibandingkan yang Nazil.
4.
Contoh
Hadis
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من نفسه ووالده وولده والناس أجمعين
F.
Riwayah Al-Kabir ‘An Ash-Shaghir
Yang dimaksud dengan Riwayah al-kabir ‘an ash-shaghir, ialah
periwayatan hadis dari seorang rawi yang lebih tua usianya atau lebih banyak
ilmunya dari rawi yang lebih rendah usianya atau yang lebih sedikit ilmunya yang
diperoleh dari seorang guru.
III. KESIMPULAN
Dalam suatu hadis ada tiga macam yang istilah yaitu sanad
(Mata rantai para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada matan hadis), matan
(suatu kalimat tempat berakhirnya sanad, dan isi pokok dari hadis tersebut)
serta mukharrij (orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau
menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa
yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya)).
IV. DAFTAR
PUSTAKA
Rahman.
Fachur. Ikhtisar Mushthalahu’l Hadis. Bandung: PT.Alma’arif
Jumantoro.
Totok. Kamus Ilmu Hadis. Jakarta: Amzah. 2002
Majid
Khon. Abdul. Ulumul Hadis. Jakarta: PT.Bumi Aksara 2009
[1] Drs.Totok
Jumantoro. Kamus Ilmu Hadis. Jakarta: Amzah. 2002. Hal 219
[2] ibid.
hal 220
[3] Dr. Abdul
Majid Khon. Ulumul Hadis. Jakarta: PT.Bumi Aksara 2009. Hal 97
[4] Ibid.
hal 96
[5] Drs.Totok
Jumantoro. Loc.Cit. hal 12
[6] Dr. Abdul Majid
Khon. Loc.Cit. hal 103
[7] Drs.Totok
Jumantoro. Loc.Cit. hal 122
[8] Dr. Abdul Majid
Khon. Op.Cit.
[9] Drs. Fachur
Rahman. Ikhtisar Mushthalahu’l Hadis. Bandung: PT.Alma’arif. hal 29
[10] Dr. Abdul Majid
Khon. Loc.Cit. hal 109
[11] Drs. Fachur
Rahman. Loc.Cit. hal 305
[12] Drs.Totok
Jumantoro. Loc.Cit. hal 17
[13]Dr. Abdul Majid
Khon. Loc.Cit. hal 242
[14] Ibid.
[16] Drs.Totok
Jumantoro. Loc.Cit. hal 202
ConversionConversion EmoticonEmoticon