PEMBAHASAN
Kompenen
desain pembelajaran
A.
Komponen materi
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia materi adalah sesuatu yg menjadi bahan (untuk
diujikan, dipikirkan, dibicarakan, dikarangkan, dsb)[1].
Ia merupakan bagian dari kandungan kurikulum yang merupkan salah satu komponen
operasional pendidikan Islam. Sedangkan materi menurut istilah adalah
bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu
sistem institusional[2].
Materi
yang disajikan dalam proses pendidikan Islam, formal maupun nonformal adalah
materi-materi yang diuraikan dari al Qur’an. Oleh karena itu materi-materi yang
bersumber dari al Qur’an harus dihayati, dipahami, diyakini, dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari oleh semua pemeluk agama Islam. Al Farabi
mengklasifikasikan ilmu-ilmu yang bersumber dari al Qur’an meliputi sebagai
berikut[3] :
1.
Ilmu
bahasa
2.
Logika
3.
Sains
persiapan terdiri dari ilmu berhitung, geometri, optika, sains tentang benda
benda samawi seperti astronomi; ilmu pengukuran (timbangan), ilmu tentang
pembuatan instrument-instrumen, dan sebagainya
4.
Fisika
(ilmu alam) dan metafisika (ilmu tentang alam di balik alam nyata). Ilmu fisika
terdiri dari berbagai jenis ilmu seperti ilmu-ilmu yang berkaitan dengan benda
alam, dan elemen-elemennya, ciri-ciri dan hukum-hukumnya, serta faktor-faktor
yang merusaknya, tentang reaksi unsur-unsur dalam benda atau sifat sifatnya
yang membentuk benda itu, ilmu-ilmu mineral, tumbuh-tumbuhan, dan
hewan.sedangkan yang merukan ilmu metafisika meliputi ilmu tentang hakikat
benda, ilmu tentang sains khusus dan sains pengamatan, ilmu tentang benda yang tidak berjasad.
5.
Ilmu
kemasyarakatan Menurut pandangan Prof. Dr. Mohammad Fadhil al-Djamali, semua
jenis ilmu yang terkandung di dalam harus diajarkan kepada anak didik ilmu
tersebut meliputi :Ilmu agama, Ilmu sejarah, Ilmu falak, Ilmu bumi, Ilmu jiwa,
Ilmu kedokteran, Ilmu pertanian, Ilmu biologi, Ilmu hitung, Ilmu hukum, Ilmu
perundang-undangan, Ilmu kemasyarakatan (sosiologi), Ilmu ekonomi, Ilmu
Balaghah, ilmu bahasa arab, ilmu pembelaan Negara, dan segala ilmu yang dapat
mengembangkan kehidupan umat manusia dan yang mempertinggi derajatnya[4].
Kurikulum
sebagai suatu sistem yang sistematis harus mengandung idealitas al Qur’an yang
tidak memilih jenis-jenis disiplin ilmu secara taksonomis dikotomik. Menurut
Ibnu Sina dan al Farabi dan ikhwanusshofa kesempurnaan manusia tidak akan
tercapai kecuali dengan terpenuhnya antara kebutuhan agama dan ilmu
pengetahuan. Hal ini senada dengan pemikiran para ahli piker pendidikan Barat
yang berpaham idealisme seperti yang dikemukakan oleh John S. Brubacher bahwa
tolok ukur efektifitas suatu nilai dari sistem pendidikan adalah pada corak
kepribadian seseorang, nilai-nilai tersebut membentuk karakter yang berkeadilan
sosial, terampil dengan kemampuan menciptakan seni, memiliki perasaan cinta
kasih, dan berilmu pengetahuan.
Para ilmuwan muslim melakukan
penelitian dalam mengklasifikasikan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam al
Qur’an untuk dituangkan dalam kurikulum sehingga khasanah islam dalam ilmu pengetahuan makin
bertambah. Ibnu Khaldun dalam Khaldun dalam kitabnya Muqaddam mengklasifikasikan
ilmu pengetahuan yang terkandung dalam al Qur’an yaitu sebagai berikut :
1.
Ilmu
pengetahuan filosofis dan intelektual
Semua ilmu
pengetahuan dapat dipelajari oleh manusia melalui akal pikiran dan penalarannya
yang bersifat alami, yang dibawa sejak lahir. Ilmu ini terdiri dari logika,
ilmu alam atau fisika, medis, pertanian, metafisika (tentang ilmu tenun, sihir,
jimat-jimat, yang tertulis dalam huruf alfabetis, dan alkemi) serta ilmu yang
berkaitan dengan kuantitas, misalnya geometri dan aritmatika. Begitu pula ilmu
music, astronomi, dan astrologi.
Namun demikian,
ilmu-ilmu pengetahuan di atas tidak semua bisa dipelajari orang Islam, misalnya
ilmu sihir, astrologi untuk meramal nasib, dan jimat-jimat merupakan ilmu
pengetahuan yang tidak boleh dipelajari.
2.
Ilmu-ilmu
pengetahuan yang disampaikan
Ilmu tersebut
terdiri dari ilmu al Qur’an, tafsir, dan tajwid, ilmu hadist, ilmu fikih,
teologi.
Ibnu khaldun menetapkan tiga
katagori ilmu pengetahuan Islam yang harus menjadi materi kurikulum sekolah
yaitu sebagai berikut :
1.
Ilmu
lisan yang terdiri atas ilmu nahwu, saraf, balaghah, ma’ani, bayan,
adab, sastra atau syair-syair.
2.
Ilmu
nakli yaitu ilmu-ilmu yang dinukil dari kitab suci al Qur’an dan sunah
Nabi.ilmu terdiri atas ilmu membaca al Qur’an dan ilmu tafsir, sanad-sanad
hadis.
3.
Ilmu
akli yaitu ilmu yang didapat dari mengoptimalkan daya berpikir seseorang
melalui filsafat dan semua jenis ilmu pengetahuan, termasuk ilmu mantiq, ilmu
alam, ilmu ketuhanan, ilmu teknik, ilmu hitung, ilmu tentang tingkah laku
manusia, ilmu sihir dan nujum (kedua ilmu ini terlarang untuk dijadikan mata
pelajaran).
Bila ditinjau dari urgensinya ilmu pengetahuan dibagi menjadi 4
macam yaitu :
1.
Ilmu
syariah dengan semua jenisnya
2.
Ilmu
filsafat, termasuk ilmu alam dan ilmu pengetahuan.
3.
Ilmu
alat yang bersifat membantu ilmu-ilmu agama, seperti ilmu lughah dan lain-lain.
4.
Ilmu
alat yang membantu falsafah seperti ilmu mantik.
Menurut
imam al Ghazali ilmu pengetahuan sebagai materi yang disampaikan kepada murid
yang dicantumkan pada suatu kurikulum lembaga pendidikan harus diberisi hal
sebagai berikut :
1.
Ilmu-ilmu
fardlu ain yang wajib di pelajari oleh semua orang Islam meliputi
ilmu-ilmu agama yakni ilmu yang bersumber dari dal kitab suci al Qur’an.
2.
Ilmu-ilmu
yang merupakan fardlu kifayah, terdiri dari ilmu-ilmu yang dapat
dimanfaatkan untuk memudahkan urusan hidup duniawi, seperti ilmu hitung
(matematika), ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu pertanian dan Industry
Dari kedua katagori ilmu-ilmu tersebut, al Ghazali merinci lagi
menjadi[5] :
1.
Ilmu-ilmu
al Qur’an dan ilmu agama seperti fikih, hadist, dan tafsir
2.
Ilmu
bahasa, seperti nahwu saraf, makhraj, dan lafal-lafalnya, yang membantu ilmu
agama.
3.
Ilmu-ilmu
yang fardlu kifayah terdiri dari berbagai ilmu yang memudahkan urusan kehidupan
duniawi seperti ilmu kedokteran, matematika, teknologi (yang beraneka ragam
jenisnya)
4.
Ilmu
kebudayaan seperti syair, sejarah dan
beberapa cabang filsafat.
Sedangkan
Prof. H.M Arifin M.Ed, menyatatkan kategori ilmu pengetahuan Islam yang harus
dijadikan materi kurikulum sebagai berikut :
1.
Ilmu
pengetahuan dasar yang esensial adalah ilmu-ilmu yang membahas (Ulumul Qur’an)
dan al Hadis.
2.
Ilmu-ilmu
pengetahuan yang membahas tentang manusia sebagai individu dan sebagai anggota
masyarakat, ilmu ini memasukkan ilmu-ilmu : antropologi, pedagogic, psikologi,
sosiologi, sejarah, ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
3.
Ilmu-ilmu
pengetahuan tentang alam atau disebut al Ulum al Kauniyah (ilmu
pengetahuan alam) yang termasuk di dalamnya antara lain biologi, botani,
fisika, asrtonomi dan sebagainya.
B.
Komponen kompentensi
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai materi pengajaran,
maka dapat dikatakan bahwa peserta didik harus terampil dalam merealisasikan
materi pendidikan islam. Oleh karena itu akan kami sebutkan langkah-langkah
untuk melatih ketrampilan peserta didik:
1.
Merumuskan
tujuan pengajaran (TPK,TIK)
Contoh : siswa
dapat mempraktikan wudlu
2.
Menjelaskan
kepada murid ketrampilan apa yang harus dikuasai oleh peserta didik
Penjelasan ini
perlu untuk dilakukan untuk mengarahkan perhatian mereka agar mereka mengetahui
dengan jelas apa yang harus dilakukan dan apa yang diperoleh setelah melalui
latihan.
3.
Menentukan
entering behavior
Untuk sementara
istilah ini kami terjemahkan menjadi pengetahuan awal. Ini adalah kegiatan guru
untuk menentukan kondisi siswa sebelum latihan dimulai, antara lain mengenai
kemampuan siswa tentang bahan yang akan diajarkan. Untuk apa melatih mereka
berwudlu bila mereka semuanya sudah dapat berwudlu.
4.
Menganalisis
satuan dalam ketrampilan yang akan diajarkan
Dalam hal
ketrampilan wudlu satuan itu ialah rukun-rukunnya : seperti membasuh muka,
tangan dst.
5.
Latihan
menguasai ketrampilan
Ketrampilan
wudlu misalnya. Penguasaan ketrampilan baru mugkin bila satuan-satuannya telah
dikuasai. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan membuat lesson
plan.
Contoh lesson plan untuk pembinaan ketrampilan fisik dalam
pengajaran agama Islam
Bahan
pengajaran : berwudlu
TIK : Murid
mampu berwudlu dengan benar
KA : (anda dapat bertanya, menyuruh
mempraktikkan, atau cara lain untuk mengetahui kondisi murid)
PBM :
1.
Memberitahukan
kepada murid bahwa mereka akan dilatih wudlu
2.
Guru
membawa murid ke tempat wudlu
3.
Guru
mempraktikan wudlu
4.
Dua
atau tiga orang diminta mempraktikan berwudlu bergantian, sementara yang lain
memperhatikan
5.
Guru
memberikan koreksi bila ada kesalahan
6.
Guru
berwudlu lagi 2 atau 3 kali, murid memperhatikan
7.
Guru
meminta 2 atau 3 orang murid untuk mempraktikkan cara berwudlu
8.
Guru
praktik lagi kira-kira 2 atau 3 kali
TA : ambil kira-kira 25 % dari
siswa secara acak, satu persatu disuruh berwudlu
(masing-masing dinilai; jumlah nilai mereka dibagi dengan jumah
mereka nilai rata-rata itu menjadi nilai setiap murid; cara ini disebut
mengevaluasi sempel)
C.
Komponen metode
1.
Pengertian metode
a.
Secara
etimologi
Metode
dalam bahasa arab dikenal dengan istilah Thoriqoh yang berarti langkah-langkah
strategis yang dipersiapkan unuk melakukan suatu pekerjaan[6],
bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode harus diwujudkan dalam proses
pendidikan, dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar
peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan
baik.
Metode
mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam
membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran.
b.
Secara
terminologi
Para ahli
mendefinisikan metode sebagai berikut :
1)
Hasan
Hutagalung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2)
Abd.
Al Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis
dalam mencapai tujuan.
3)
Ahmad
Tafsir, mendefinsikan bahwa metode adalah cara yang paling tepat dan cepat
dalam mengajarkan mata pelajaran.
Berdasarkan
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan
dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta
didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu
yang dirumuskan oleh silai mata pelajaran.
2.
Dasar metode pendidikan islam
a.
Dasar
agamis
Dalam
pelaksanaanya metode Islam pendidikan dipengaruhi oleh corak kehidupan beragama
pendidik dan peserta didik. Oleh karena itu metode pendidikan Islam tidak boleh
menyimang dari dua sumber ajaran islam yaitu al Qur’an dan al Hadist. Ia haruslah
merujuk kepada dua sumber ajaran tersebut. Misalnya pelajaran olah raga, maka
seorang pendidik harus mampu menggunakan metode yang didalamnya terkandung
ajaran al Qur’an dan al Hadist seperti masalah pakaian yang Islami dalam olah
raga.
b.
Dasar
biologis
Perkembangan
biologis manusia, mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya.
Sehingga makin lama perkembangan biologi seseorang, maka dengan sendirinya
makin meningkat pula daya intelektualnya. Dalam memberikan pendidikan dan
pengajaran dalam pendidikan Islam, seorang pendidik harus memperhatikan
perkembangan biologis seseorang. Misalnya seorang yang menderita cacat jasmani
akan mempunyai kelebihan dan kekurangan yang mungkin tidak dimiliki oleh orang
normal, seperti penyakti rabun jauh maka ia akan cenderung duduk di bangku
barisan depan sehingga ia tidak bisa bermain-main pada waktu guru menjelaskan
pelajarannya. Hal itu berlangsung terus menerus, maka dia akan lebih mampu dan
berhasil di bangding dengan teman lainnya, apalagi ia termotivasi dengan
kelainannya tersebut.
c.
Dasar
psikologis
Pada
hakikatnya manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani yang
keduanya tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan. Kondisi psikis
peserta didik memberikan pengaruh besar terhadap internalisasi nilai dan
transformasi ilmu. dalam kondisi jiwa yang labil (neurosis), menyebabkan
transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena agar metode pendidikan dapat
berjalan dengan efektif maka kondisi psikis seseorang haruslah berdasar pada
hal itu.
Kondisi
rohani yang menjadi dasar dalam metode pendidikan Islam merupakan kekuatan bagi
peserta didik dalam proses pembelajaran. Kondisi psikis tersebut meliputi
motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat, dan kecakapan
akal (intelektual). Sehingga seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan
potensi psikologis yang ada pada peserta didik.
d.
Dasar
sosiologis
Interaksi
yang terjadi antara sesama peserta didik dan interaksi anatara guru dan murid,
merupakan interaksi timbal balik yang kedua belah pihak akan saling memberikan
dampak positif pada keduanya. Dalam kenyataan secara sosiologis seseorang
individu dapat memberikan pengaruh pada lingkungan social masyarakatnya dan
begitu pula. Karena itu, guru dalam interaksi dengan peserta didiknya hendaklah
memberikan tauladan dalam proses sosialisasi dengan pihak lainnya, seperti
dikala berhubungan dengan peserta didik, sesama guru, karyawayan, dan kepala
sekolah.
3.
Prinsip-prinsip metode mengajar
a.
Metode
tersebut harus memanfaatkan teori kegiatan mandiri.
b.
Metode
tersebut harus memanfaatkan hukum pembelajaran.
c.
Metode
tersebut harus berawal dari apa yang diketahui peseerta didik.
d.
Metode
tersebut harus didasarkan atas teori dan praktek yang terpadu dengan baik yang
bertujuan menyatukan kegiatan pembelajaran.
e.
Metode
tersebut harus memperhatikan perbedaan individual dan menggunakan
prosedur-prosedur yang sesuai dengan ciri-ciri pribadi seperti kebutuhan, minat
serta kematangan mental dan fisik.
f.
Metode
harus merangsang kemampuan berpikir dan nalar para peserta didik.
g.
Metode
tersebut harus disesuaikan dengan kemajuan peserta didik dalam hal ketrampilan,
kebiasaan, pengetahuan, gagasan, dan sikap peserta didik, karena semua ini
merupakan dasar dalam psikologi perkembangan.
h.
Metode
tersebut harus menyediakan bagi peserta didik pengalaman-pengalaman belajar
melalui belajar yang banyak dan bervariasi. Kegiatan-kegiatan yang banyak dan
bervarisasi tersebut diberikan untuk memastikan pemahaman.
i.
Metode
tersebut harus menantang dan memotivasi peserta didik ke arah kegiatan-kegiatan
yang menyangkut proses deferensi dan integrasi. Proses penyatuan pengalaman
sangat membantu dalam terbentuknya tingkahl laku terpadu. Ini paling baik dicapai melalui penggunaan metode
pengajaran terpadu.
j.
Metode
tersebut harus memberi peluang bagi peserta didik untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan. Dan memberi peluang pada guru untuk menemukan kekurangan-kekurangan
agar dapat dilakukan perbaikan dan pengayaan (remedial dan anrichment).
k.
Kelebihan
suatu metode dapat menyempurnakan kekurangan/kelemahan metode lain.
l.
Suatu
metode dapat dipergunakan untuk berbagai jenis materi atau mata pelajaran satu
materi atau mata pelajaran memerlukan banyak metode.
m.
Metode
pendidikan harus digunakan dengan
prinsip fleksibel dan dinamis. Sebab dengan kelenturan dan kedinamisan
metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya menonton dan zaklik dengan satu
metode saja.
4.
Penggunaan metode
Langgulung
berpendapat bahwa penggunaan metode didasarkan atas tiga aspek pokok yaitu :
a.
Sifat-sifat
dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan Islam yaitu
pembinaan manusia mukmin yang mengaku sebagai hamba Allah.
b.
Berkenaan
dengan metode-metode yang betul-betul berlaku yang disebutkan dalam al Qur’an
atau disimpulkan daripadanya.
c.
Membicarakan
tetang pergerakan (motivation) dan disiplin istilah al Qur’an disebutk
ganjaran (shawab) dan hukuman Iqab[7].
Dari
penjelasan diatas bahwa metode pendidikan islam sangat menghargai kebebasan
individu, selama itu sejalann dengat fitrahnya, sehingga seorang guru dalam
mendidik tidak dapat memaksa peserta didiknya dengan cara yang bertentangan
dengan fitrahnya. Akan tetepi sebaliknya guru membentuk karakter peserta
didiknya. Tidak boleh duduk diam sedangkan peserta didiknya memilih jalan yang
salah. Hal in berbeda dengan pendidikan yang diterapkan oleh barat. Hamper
sepenuhnya metode pendidikan diserahkan hampir sepenuhnya kepada kepentingan
peserta didik. Para guru hanya bertindak sebagai motivator, simulator,
fasilitator, ataupun sebagai instruktur.
Sistem yang cenderung dan mengarah kepada peserta
didik sebagai pusat (child center) ini sangat menghargai adanya
perbedaan individu para peserta didik (individual differencies).hal ini
menyebabkan para guru hanya bersikap merangsang dan mengarahkan para peserta
didiknya untuk belajar dan mereka diberi kebebasan, sedangkan pembentukan
karaker dan pembinaan moral hamper kurang menjadi perhatian guru. Akibat
penerapan metode yang demikian itu menyebabkan pendidikan kurang membangun
watak dan kepribadian. Dihubungkan dengan fenomena yang terjadi dalam
masyarakat bahwa guru semakin tidak dihormati oleh peserta didiknya.
5.
Metode mengajar
Dibawah
ini dikemukakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang dasar dari al
Qur’an dan Hadist .
a.
Metode ceramah
Adalah
suatu cara pengajian atau penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan
oleh pendidik kepada peserta didik.
Firman
Allah Swt :
Artinya
: “Sesungguhnya kami kami turunkan al Qur’an dengan bahasa arab,
mudah-mudahan kamu mengerti maksudnya. Kami riwayatkan kepadamu sebaik-baik
dengan perantara al Qur’an yang kami wahyukan ini, padahal sesungguhnya adalah
engkau dahulu tidak mengetahui (orang yang lalai).” Q.S. Yunus : 23)
b.
Metode Tanya jawab
Adalah
suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada
murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah
mereka baca. Sedangkan murid memberikan jawaban berdasarkan fakta.
Prinsip dasar metode ini adalah
hadis
Pada suatu hari datanglah seorang
laki-laki dari dusun, lalu ia bertanya : “Ya, Muhammad, telah datang kepada
kami utusan engkau, ia mengatakan bahwa Allah mengutus engkau menjadi Rasul”.
Nabi : “Benar demikian “.
Laki-laki : “Siapa yang menjadikan langit.?.”
Nabi : “Allah”
Laki-laki : “Siapa yang menjadikan bumi ?”
Nabi : “Allah”
Laki-laki : “Siapa yang menjadikan gunung dengan segala
isiya ?.”
Laki-laki : “Demi yang menjadikan langit dan bumi
menegakkan gunung-gunung adalah Allah mengutus engkau menjadi Rasul.”
Nabi : “Ya”
Laki-laki : utusan engkau mengatakan bahwa kewajiban
kami mengerjaan sembahyang lima waktu sehari semalam.
Nabi : Benar
demikian
Laki-laki : “Demi
yang mengutus engkau adalah Allah menyuruh engkau mengerjakan sembahyang
itu."
Nabi : “Ya”
Laki-laki : Utusan engkau mengatakan bahwa kewajiban
kami membayar zakat.
Nabi : “Benar demikian”
Laki-laku : demi yang mengutus engkau adalah Allah yang
memberikan zakat itu.
Nabi : “Ya”
c.
Metode
diskusi
Adalah suatu
cara penyajian/penyampaian bahan pembelajaran dimana pendidik memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk membicarakan dan menganalisis secara
ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternative pemecahan atas sesuatu masalah.
Firman Allah
Artinya :“Dan mereka berkata, “aduhai,celaka
kita”, inilah hari pembalasan inilah hari yang kalian dustakan. Kami
perintahkan kepada malaikat….” Kumpulkan mereka itu bersama-sama teman
mereka…dan tunjukkan kepada mereka jalan neraka”.
d.
Metode
pemberian tugas
Adalah suatu
cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada
murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid
mempertanggungjawabkannya.
Firman Allah
Artinya :“Hai orang-orang yang
berselubung, bangunlah dan pertakutilah kaummu, hendak besarkan tuhanmu. Dan
bersihkanlah pakaianmu! Tinggallah pekerjaan-pekerjaan yang mendatangkan
siksaan. Janganlah engkau memberi kepada orang lain lantaran hendak meminta
lebih banyak. Sabar dan uletlah menurut perintah tuhanmu.
e.
Metode
demonstrasi
Adalah suatu
cara mengajar dimana gur mempertunjukkan tentang proses sesuatu atau
pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Nabi SAW bersabda
Artinya : “Dari Jabir r.a katanya
: “saya melihat Nabi besar Muhammad Saw melontar jumrah di atas kendaraan
beliau pada hari raya Haji, lalu beliau berkata : “hendaklah kamu turut
cara-cara ibadat sebagaimana yang aku kerjakan ini, karena sesungguhnya aku
tidak mengetahui apakah aku akan dapat mengerjakan haji lagi sesudah ini”
f.
Metode
eksperimen
Adalah
suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan sesuatu percobaan, dan
setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid. Sedangkan guru
memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan.
Dalam
hadist dijelaskan : ”Pada suatu hari Nabi sedang dalam masjid, tiba-tiba
masuklah seorang laki-laki untuk menunaikan shalat. Kemudian ia menghadap Nabi
seraya memberi salam. Setelah Nabi menjawab salamnya lalu ia berkata
:kembalilah dan shalatlah sekali lagi. Karena engakau belum shalat. Kemudian
laki-laki itu sekali lagi, setelah selesai ia dating pula menghadap Nabi seraya
memberi salam. Nabi bersabda : “Kembalilah dan shalatlah sekali lagi, karena
engkau belum shalat. (hal itu sampai tiga kali)
g.
Metode
kerja kelompok
Adalah
suatu cara mengajar dimana guru membagi murid-muridnya de dalam kelompok
belajar tertentu dan setiap kelompok diberi tugas-tugas tertentu dalam rangkai
mencapai tujuan pembelajaran sebagai prinsip dasar metode ini adalah al Qur’an
:
Artinya
: “Dan tidaklah patut orang mukmin keluar semua, tetapi alangkah baiknya
keluar sebagai dari tiap-tiap kelompok, untuk mempelajari ilmu agama dan
memberi khabar takut kepada umatnya waktu mereka kembali mereka, semoga mereka
berhenti takut”
h.
Metode
kisah
Adalah
suatu cara mengajar dengan memberikan materi pembelajaran melalui kisah atau
cerita. Prinsip dasar metode ini adalah al Qur’an.
Artinya
:“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paing baik dengan mewahyukan al
Qur’an ini kepadamu dan sesungguhnya kamu (sebelum kami mewahyukannya) adalah
termasuk orang-orang yang belum mengetahui.
i.
Matode
amsal
Suatu
cara mengajar dengan menyampaikan materi pembelajaran dengan membuat/melalui
contoh atau perumpamaan.
Firman
Allah SWT :
Artinya
: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api mereka,
setelah api itu menerangi mereka sekelilingnya Allah menghilangkan cahaya (yang
menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
j.
Metode
taghrib dan tarhib
Cara
mengajar dengan memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran
terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan
kebaikan dan menjauhi keburukan.
Firman
Allah SWT
Artinya
: “sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka jahannam mereka kekal di dalamnya dan mereka adalah
seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka disisi Tuhan
mereka adalah surga’ Adan yang mengalir dibawahnya sungai dan mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya.
D.
Komponen evaluasi
1.
Pengertian
a.
Secara etimologi
Evaluasi
berasal dari bahasa ingris : Evaluation akar katanya value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam
bahasa Arab disebut al Qimah atau al Takdir. Dengan demikian
secarai evaluasi pendidikan al Takdir al Tarbawiy dapat diartikan
sebagai penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
b.
Secara terminology
Para ahli mendefinisikan evaluasi sebagai berikut[8] :
1)
Menurut
Edwin Wandt, evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan atau proses dalam
menentukan nilai sesuatu.
2)
Menurut
M. Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Dengan
demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktifiats secara spontan dan
incidenta, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai secara terencan.
Sistematik, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.
2.
Fungsi evaluasi
Al qur’an menginspirasikan bahwa pekerjaan
evalusai terhadap manusia didk merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian
proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Ada tiga tujuan
pedagogis dari system evaluasi tuhan terhadap perbuatan manusia, yaitu sebagai
berikut :[9]
1)
Untuk
menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan
yang dialaminya.
2)
Untuk
mengetahui sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah
Saw. Terhadap umatnya.
3)
Untuk
menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau keimana
manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah yaitu
paling bertakwa kepada-Nya, manusia yang sedang dalam iman dan ketakwaannya,
manusia yang ingkar kepada ajaran Islam.
Seorang pendidik melakukan evaluasi di sekolah mempunyai fungsi
sebagai berikut :[10]
1)
Untuk
mengetahui peserta didik yang mana yang terpandai dan terbodoh dikelasnya.
2)
Untuk
mengetahui apakan bahan yang telah diajarkan sudah dimiliki oleh peserta didik
atau belum.
3)
Untuk
mendorong persaingan yang sehat diantara sesama peserta didik.
4)
Untuk
mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mengalami didikan
dan ajaran.
5)
Untuk
mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode, dan berbagai
penyesuian dalam teks.
6)
Sebagai
laporan terhadap orangtua peserta didik dalam bentuk rapor ijazah, piagam dan
sebagainya.
3.
Prinsip evalusai
a.
Prinsip umum
1) Valid
Evaluasi
mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis tes yang
terpercaya dan shahih. Artinya adanaya kesesuaian alat ukur dengan fungsi
pengukuran dan sasaran pengukuran.
2) Berorientasi kepada kompetensi
Evalusai harus
memiliki pencapaian kompentsi peserta didik yang meliputi seperangkat
pengetahuan, sikap keterampilan dan nilai yang terefleksi dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini maka, ukuran-ukuran
keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah
3) Berkelanjutan
Evaluasi harus
dilakukan secara terus menerus dari waktu-kewaktu untuk mengetahui secara
menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan untuk kerja
peserta didik dapat dipantau melalui penilaian
4) Menyeluruh
Evaluasi harus
dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dan meliputi seluruh materi ajar serta berdasarkan pada strategi
dan prosedur penilaian. Dengan berbagai bukti tentang hasil belajar peserta
didik yang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.
5) Bermakna
Evaluasi
diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak untuk itu evaluasi
hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindak lanjuti oleh pihak yang
berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh
tentang prestasi peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang telah
ditetapkan.
6) Adil dan objektif
Evaluasi harus
mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan objektifitas pendidik, tanpa
membedakan jenis kelamin, latar belakang etnis, budaya, dan berbagai hal yang
memberikan kontribusi pada pembelajaran. Sebab ketidak adilan dalam penilaian
dapat menyebabkan menurunya motivasi belajar peserta didik karena merasa dianak
tirikan
7) Terbuka
Evaluasi
hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan
tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
tanpa adanya rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
8) Ikhlas
Ikhlas berupa
kebersihan niat atau hait pendidik, bahwa ia melakukan evaluasi itu dalam
rangka efisiensi tercapainya tujuan pendidikan, dan bagi kepentingan peserta
didik.
9) Praktis
Praktis berarti
mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan beberapa indikator : yaitu :
a) Hemat waktu, biaya dan tenaga
b) Mudah diadministrasikan
c) Mudah menskor dan mengolahnya
d) Mudah ditafsirkan
10) Dicatat akurat
Hasil dari
setiap evalusai prestasi didik harus secara sistematis dan komprehensif dicatat
dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan.
b.
Prinsip khusus
1)
Adanya
jenis penilaian yang digunakan yang memungkinkan adanya kesempatan terbaik dan
maksimal bagi peserta didik menunjukkan kemampuan hasil belajar mereka.
2)
Setiap
guru mampu melaksanakan prosedur penilaian, dan pencatatan secara tepat
prestasi dan kemampuan serta hasil belajar yang dicapai peserta didik.
4.
Jenis-jenis penilaian
a.
Penilaian
formatif yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para
peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan materi pokok pada
suatu bidang study tertentu.
b.
Penilaian
sumatif yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik
yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu caturwulan semester, atau
akhir tahun.
c.
Penilaian
penempatan yaitu penilaian tentang pribadi peserta didik untuk kepentingan
penempatan di dalam situsasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
d.
Penilaian
dianostik yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang
keadaan belajar peserta didik baik merupakan kesulitan atau hambatan yang
ditemui dalam proses pembelajaran
5.
Langkah-langkah penilaian
a.
Penentuan
tujuan evaluasi
b.
Penyusunan
kisi-kisi soal
c.
Telaah
atau “review dan revisi” soal
d.
Uji
coba
e.
Penyusunan
soal
f.
Penyajian
tes
g.
Scoring
h.
Pengolahan
hasil tes
i.
Pelaporan
hasil tes
j.
Pemanfaatan
hasil tes
DAFTAR
PUSTAKA
Kamus
Besar Bahasa Indonesia. CD software
H.M. Arifin, M.Ed. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis Dan
Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipline. PT. Bumi Aksara : Jakarta.
2003.
Prof.Dr.
H. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia : Jakarta. 2010.
Dra. Hj. Nur Uhbiyati.ilmu
Pendidikan Islam. Pustaka setia : Jakarta . 2005
[1] Kamus
Besar Bahasa Indonesia. CD software
[2]
Prof. H.M. Arifin, M.Ed. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipline. PT. Bumi Aksara : Jakarta. 2003. Hal
135.
[3] Ibid.
[4]Ibid.
hal 137
[5]Dra. Hj. Nur Uhbiyati.ilmu Pendidikan Islam. Pustaka
setia : Jakarta . 2005
[6]
Prof.Dr. H. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia : Jakarta.
2010. Hal 184
[7]
Prof.Dr. H. Ramayulis. Opcit. Hal 190
[8]Prof.Dr.
H. Ramayulis. Opcit. Hal 221
[9]
Prof. H.M. Arifin, M.Ed. opcit. Hal 163
[10] Prof.Dr.
H. Ramayulis. Opcit. Hal 224
ConversionConversion EmoticonEmoticon