Kepemimpinan
adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak
kearah tujuan kelompok (Cragan dan Wright, 1980: 73). Seorang pemimpin dapat
ditunjuk atau muncul setelah proses komunikasi kelompok. Apa pun yang terjadi,
kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi
kelompok. Tidak mungkin disini kita membicarakan seluruh aspek kepemimpinan,
yang di bahas secara mendalam baik dalam psikologi sosial maupun manajemen.
Cukuplah di sini dijelaskan secara singkat hubungan berbagai gaya kepemimpinan
dengan keefektifan kelompok.
Klasifikasi
gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White dan Lippit (1960). Mereka
menyebutkan tiga gaya kepemimpinan: otoriter, demokratis, dan laissez faire.
Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya
ditentukan Kepemimnan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan
membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan.
Kepemimpinan laissez
faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan
individual dengan partisipasi pemimpin yang minimal. Dengan menempatkan empat
kelompok anak-anak dalam suasana alamiah, mereka melakukan eksperimen tentang
pengaruh gaya kepemimpinan ini pada produktivitas dan kepuasan. Mereka
menemukan bahwa kepemimpinan otoriter menimbulkan permusuhan, agresi, dan
sekaligus perilaku submisif. Di sini, tampak lebih banyak kebergantungan dan
kurang kemandirian, di samping adanya kekecewaan yang tersembunyi. Kepemimpinan
demokratis terbukti paling efesien, dan menghasilkan kuantitas kerja yang lebih
tinggi dari kepemimpinan otoriter. Di dalamnya terdapat lebih banyak
kemandirian dan persahabatan. Dari segi komunikasi, white dan Lippit menunjukkan
bahwa pemimpin demokratis cenderung tidak seberapa banyak memberikan saran,
mempunyai disiplin diri, tidak kritis, dan bersikap objektif dalm hubungannya
dengan anggota-anggota kelompok.
Pemimpin otokratis
cenderung banyak memberikan perintah, berkuasa untuk menyetujui dan memuji
orang, dan pada umumnya agak kritis. Pemimpin laissez faire hanya memiliki
kelebihan dalam menyampaikan informasi saja. Penelitian-penelitian berikutnya
tidak menunjukkan keterangan yang kosisten. Kepemimpinan otoriter dapat lebih
produktif pada situasi tertentu daripada kepemimpinan demokratis.
II. Pembahasan
A.
KEPEMIMPINAN
1. Definisi Kepemimpinan
` Kepemimpinan dapat
diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam
melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana
didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the
process of directing and influencing the task related activities of group members.
Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para
anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi,
Griffin (2000) membagi pengertian kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu
sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan
difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di mana
para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi
para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai
tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam
organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan
karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu,
pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga
orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin
mereka.
Selain
itu banyak juga pendapat dari para tokoh mengenai arti dari kepemimpinan ini,
yaitu:
1. Kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu,
serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa
tujuan tertentu. (Tannenbaum, Weschler, & Massarik, 1961:24)
2. Kepemimpinan
adalah pembentukkan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan
interaksi (Stogdill, 1974:411).
3. Kepemimpinan
adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas
kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi ( Katz & Kahn,
1978:528).
- Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi kea rah pencapaian tujuan ( Rauch & Behling, 1984:46)
- Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran ( Jacob&Jacques, 1990:281)
- Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberi kontribusi yang efektif terhadap orde social dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya (Hosking, 1988:153)
- Kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh social yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas serta hubungan-hubungan sebuah kelompok atau organisasi (Yukl, 1994:2).
2.
Perkembangan
kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi
sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika daripada interaksi
sosial. Sejak mula kala terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau
beberapa orang di antara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif
daripada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih
menonjol daripada yang lainnya. Itulah asal mula timbulnya kepemimpinan, yang
kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang kurang stabil.
Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukkan dalam keadaan-keadaan di mana
tujuan daripada kelompok sosial yang bersangkutan terhalang atau apabila
kelompok tadi mengalami ancaman- ancaman dari luar. Dalam keadaan demikianlah,
agak sulit bagi warga-warga kelompok yang bersangkutan untuk menentukkan
langkah-langkah yang harus diambil dalam mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
Munculnya seorang pemimpin merupakkan hasil dari
suatu proses yang dinamis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok
tersebut. Apabila dalam saat tersebut muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan
besar kelompok tersebut akan mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya
pemimpin tadi adalah mungkin karena seorang individu yang diharapkan menjadi
pimpinan, ternyata tidak berhasil membuka jalan bagi kelompoknya untuk mencapai
tujuan dan bahwa kebutuhan warganya tidak terpenuhi.
3.
Fungsi
Kepemimpinan
- Pemimpin sebagai eksekutif ( executive Leader)
Sering kali disebut sebagai administrator atau
manajer. Fungsinya adalah menerjemahkan kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan,
dia memempin dan mengawasi tindakan orang-orang yang menjadi bawahannya. Dan
membuat keputusan-keputusan yang kemudian memerintahkannya untuk dilaksanakan.
Kepemimpinan ini banyak ditemukan didalam masyarakat dan biasanya bersifat
kepemerintahan, mulai dari pusat sampai ke daerah-daerah memerlukkan fungsi
tersebut.
- Pemimpin sebagai penengah
Dalam masyarakat modern, tanggung jawab keadilan
terletak di tangan pemimpin dengan keahliaanya yang khas dan ditunjuk secara
khusus. Ini dikenal dengan pengadilan. Dan bidang lainnya, umpamanya dalam
bidang olahraga, terdapat wasit yang mempunyai tugas sebagai wasit.
- Pemimpin sebagai penganjur
Sebagai propagandis, sebagai juru bicara, atau
sebagai pengarah opini merupakkan orang-orang penting dalam masyarakat. Mereka
bergerak dalam bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi.
Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi
inspirasi kepada orang lain. Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul
dan fasih berbicara.
- Pemimpin sebagai ahli
Pemimpin sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai
instruktur atau seorang juru penerang, berada dalam posisi yang khusus dalam
hubungannya dengan unit sosial dimana dia bekerja. Kepemimpinannya hanya berdasarkan
fakta dan hanya pada bidangdimana terdapat fakta. Termasuk dalam kategori ini
adalah guru, petugas sosial, dosen, dokter, ahli hukum, dan sebagainya yang
mencapai dan memelihara pengaruhnya karena mereka mempunyai pengetahuan untuk
diberikkan kepada orang lain
- Pemimpin diskusi
Tipe pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam
lingkungan kepemimpinan yang demokratis dimana komunikasi memegang peranan yang
sangat penting. Seseorang yang secara lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan
demokratis ialah orang yang menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi.
4.
Tipe
– tipe kepemimpinan
- Tipe Otokratik
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang
otokratik adalah seorng yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan
menunjuukkan sikap yang menonjol ”keakuannya”, antara lain dalam bentuk:
· Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama
dengan alat-alat lain di dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian
kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
· Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan
penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan
dan kebutuhan para bawahannya.
· Pengabaian peran para bawahan dalam proses
pemgambilan keputusan.
Gaya
kepemimpinan yang dipergunakan adalah:
· Menuntut ketaatan penuh dari bawahannya.
· Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
· Bernada keras dalam pemberian perintah atau
instruksi.
· Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjaduinya
penyimpangan oleh bawahan.
- Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat
dilingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat
agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang
tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau
seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau
panutan masyarakat. Biasanya tokohtokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini
sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
- Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur
yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada
karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga
mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya
seorang pemimpin yang kharisnatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak
pengikut meskipun para pengikut tersebut tidk selalu dapat menjelaskan secara
konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
- Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi
akan berjalan lancer dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri
ari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan
organisasi, sasaransasaran apa yang ingin dicapai, tugas yang harus ditunaikan
oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
- Tipe Demokratis
1)
Pemimpin yang
demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari
berbagai unsur dan komponen organisasi.
2)
Menyadari bahwa
mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan
secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus
dilakukan demi tercapainya tujuan.
3)
Melihat
kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
4)
Memperlakukan
manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia.
5. Ciri – cirri Kepemimpinan
Banyak ciri-ciri pemimpin dan kepemimpinan yang
ditampilkan oleh para pakar yang meliputi ciri-ciri fisik, ciri-ciri
intelektual, dan ciri-ciri kepribadian. Dr.W.A. Gerungan telah mengetengahkan
ciri-ciri yang dimiliki oleh kebanyakan pemimpin yang baik dan dijadikan
perhatian para penilai ketika sedang melaksanakan penyaringan terhadap
calon-calon pemimpin dalam latihan-latihan kader kepemimpinan. Penjelasannya
sebagai berikut:
- Persepsi Sosial
Persepsi sosial dapat diartikan sebagai kecakapan
dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota
kelompok. Kecakapan ini sangat dibutuhkan untuk memenuhi tugas kepemimpinan.
Persepsi sosial ini terutama diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat
melaksanakan tugasnya dalam memberikan pandangan dan patokkan yang menyeluruh
dari keadaan-keadaan didalam dan diluar kelompok.
- Kemampuan berpikir abstrak
Kemampuan berpikir abstrak dapat menjadikan indikasi
bahwa seseorang mempunyai kecerdasan yang tinggi. Kemampuan abstrak yang
sebenarnya merupakan salah satu segi dari struktur intelegensi, khusus
dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan
kecenderungan-kecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan keadaan umum diluar kelompok
dalam hubungannya degan tujuan kelompok. Ini berarti bahwa ketajaman persepsi
dan kemampuan menganalisis didampingi oleh kemampuan abstrak dan
mengintegrasikan fakta-fakta interaksi sosial didalam dan diluar kelompok.
Kemampuan tersebut memerlukan taraf intelegensia yang tinggi pada seorang
pemimpin yang harus diarahkan oleh persepsi sosial yang telah diterangkan
diatas.
- Keseimbangan emosional
Merupakan faktor paling penting dalam kepemimpinan.
Jelasnya, pada diri seorang pemimpin harus terdapat kematangan emosional yang
berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan,
keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam perasaan, serta pengintegrasian
kesemuanya itu kedalam suatu kepribadian yang harmonis. Dan ini bukanlah suatu
kepribadian harmoni yang beku dan statis, melainkan suatu harmoni dalam
ketegangan-ketegangan emosional, suatu keseimbangan yang dinamis, yang dapat
bergerak kemana-mana, tetapi mempunyai dasar yang matang dan stabil. Kematangan
emosional ini diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat turut merasakan
keinginan dan cita-cita anggota kelompok dalam rangka melaksanakan tugas
kepemimpinan dengan sukses.
6. Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang
menjadi pemimpin atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Ada beberapa teori
tentang kepemimpinan, di antaranya ialah :
- Teori Genetie
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan
"leaders are born and not made". bahwa penganut teori ini mengatakan
bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat
pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia
akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah
menetapkan ia menjadi pemimpin.
- Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made",
make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu :
"Leaders
are made and not born".
Penganut-penganut
teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila
diberi pendidikan dan
kesempatan untuk itu.
- Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori
genetis dan teori sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa
seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya
telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan
melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya
untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori
sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori
kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih
diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang timbul sebagai
pemimpin
yang baik.
7.
Hambatan
dalam kepemimpinan
- Fakor internal
Kurangnya motivasi dari pemimpin itu sendir, emosi
yang tidak stabil, tidak percata diri, takut dalam mengambil resiko,
terbatasnya kecakapan pemimpin.
- Fakor eksternal
Tidak adanya dukungan dari orang terdekat, tidak
adanya dukungan dari bawahan, terlalu banyak tekanan.
- Syarat pemimpin yang baik
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa seorang yang
tergolong sebagai pemimpin adalah seorang yang pada waktu lahirnya yang
berhasil memang telah diberkahi dengan bakat-bakat kepemimpinan dan karirnya
mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan pengalaman kerja.
Pengembangan kemampuan itu adalah suatu proses yang
berlangsung terus menerus dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki
lebih banyak ciri-ciri kepemimpinan.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para
ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
akan tetapi beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
a)
Memiliki inteligensi yang tinggi dan pendidikan umum yang luas
b)
Bersifat ramah tamah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan
c)
Berwibawa dan memiliki daya tarik
d)
Sehat jasmaniah maupun rohaniah (fisik maupun mental)
e)
Kemampuan analistis
f)
Memiliki daya ingat yang kuat
g)
Mempunyai kapasitas integratif
h)
Keterampilan berkomunikasi
i)
Keterampilan mendidik
j)
Personalitas dan objektivitas
k)
Jujur (terhadap diri sendiri, atasan, bawahan, sesama pegawai)
B.
PERUBAHAN SOSIAL
- Definisi perubahan sosial
Willian F. Ogburn berusaha memberikkan sesuatu
pengertian tertentu, walaupun dia tidak memberi definisi tentang perubahan –
perubahan sosial tersebut. Dia terutama mengemukakan bahwa ruang lingkup
perubahan – perubahan sosial mencakup unsur – unsur kebudayaan baik yang
materiil maupun non- materiil, dengan terutama menekankan pengaruh yang besar
dari unsur-unsur kebudayaan yang materiil terhadap kebudayaan immateriil.
Kingsley Davis mengartikkan perubahan – perubahan sosial sebagai perubahan –
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya timbulnya
pengorganisasian buruh dalam masyarakat-masyarakat kapitalistis, menyebabkan
perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan yang kemudian
menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
Gillin dn Gillin mengatakan bahwa perubahan sosial
adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan
baik karena perubahan –perubahan geografis, kebudayaan materiil, komposisi
penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru
dalam masyarakat tersebut. Secara singkat Samuel Koenig mengatakan bahwa
perubahan-perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi
dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasimodifikasi tersebut terjadi karena
sebab-sebab yang intern maupun sebab-sebab yang ekstern.
Definisi yang lain adalah dari Selo Soemardjan, yang
menyatakan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap,
pola-pola perikelakuan di antara kelompokkelompok dalam masyarakat.
Wilbert Moore memandang perubahan sosial itu sebagai
”perubahan struktur sosial, pola perilaku dan interaksi sosial”. Setiap
perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atau perubahan dalam
organisasi sosial disebut perubahan sosial. Perubahan sosial berbeda dengan
perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mengarah pada perubahan unsur-unsur
kebudayaan yang ada. Contoh perubahan sosial : perubahan peranan seorang istri
dalam keluarga modern, perubahan kebudayaan contohnya : adalah penemuan baru
seperti radio, televisi, komputer, yang mempengaruhi lembaga-lembaga sosial.
Perubahan sosial itu bersifat umum meliputi
perubahan berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat, sampai pada pergeseran
persebaran umum, tingkat pendidikan, dan hubungan antar warga. Dari perubahan
aspek-aspek tersebut terjadi perubahan struktur masyarakat serta hubungan
sosial.
Perubahan sosial tidak dapat dilepaskan dari
perubahan kebudayaan. Hal ini disebabkan kebudayaan merupakan hasil dari adanya
masyarakat, sehingga tidak akan ada kebudayaan apabila tidak ada masyarakat
yang mendukungnya dan tidak ada satupun masyarakat yang tidak memiliki
kebudayaan.
Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam
masyarakat atau dalam hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspek
kehidupan. Sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat, dan yang telah
didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakkan tuntutan kehidupan
untuk mencari kestabilannya.
Cara yang paling sederhana untuk memahami terjadinya
perubahan sosial dan budaya adalah membuat rekapitulasi dari semua perubahan
yang terjadi dalam masyarakat sebelumnya. Perubahan yang terjadi dalam
masyarakat dapat dianalisis dari berbagai segi :
a.
Ke arah mana
perubahan dalam masyarakat bergerak bahwa perubahan tersebut meninggalkan
faktor yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor tersebut, mungkin
perubahan itu bergerak kepada sesuatu yang baru sama sekali, akan tetapi
mungkin pula bergerak kearah suatu bentuk yang sudah ada pada waktu yang
lampau.
b. Bagaimana
bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam
masyarakat.
Perubahan
sosial bisa terjadi dengan cara :
1. Direncanakan
(planned) atau/dan tidak direncanakan.
2. menuju
kearah kemajuan atau/dan kemunduran.
3. bersifat
positif atau negatif.
Menurut Prof.Dr.Soerjono Soekanto bentuk-bentuk
perubahan sosial dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu:
- Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat.
1)
Perubahan secara
lambat disebut evolusi, pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa
suatu rencana atau suatu kehendak tertentu. Perubahan terjadi karena usha-usaha
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan
kondisi-kondisi baru yang timbal dengan pertumbuhan masyarakat.
2)
Perubahan secara
cepat disebut revolusi. Dalam revolusi, perubahan yang terjadi direncanakan
terlebih dahulu maupun tanpa rencana.
- Perubahan yang pengaruhnya besar atau kecil.
1)
Perubahan yang
pengaruhnya kecil adalah perubahan pada unsur struktur social yang tidak bisa
membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat.
2)
Perubahan yang
pengaruhnya besar seperti proses industrialisasi pada masyarakat agraris.
- Perubahan yang dikehendaki ataupun perubahan yang tidak dikehendaki.
1)
Perubahan yang
dikehendaki adalah bila seseorang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin.
2)
Perubahan social
yang tidak dikehendaki merupakkan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki
serta berlangsung dari jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan
timbulnya akibat yang tidak diinginkan.
- Teori- teori tentang perubahan sosial
Teori mengenai perubahan sosial pada dasarnya dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu : teori klasik dan teori modern.
- Teori Klasik Perubahan Sosial
Pemikiran para tokoh klasik tentang perubahan sosial
dapat digolongkan ke dalam beberapa pola, perubahan sosial pola linear,
perubahan sosial pola siklus, dan perubahan sosial pola gabungan.
1)
Pola Linear
Perubahan sosial mengikuti pola linear seperti yang
dikemukakan oleh Auguste Comte. Dia mengatakan bahwa kemajuan progresif
peradaban manusia mengikuti suatu jalan yang alami, pasti, sama, dan tak
terelakkan. Perubahan selalu berubah dari yang sederhana ke arah yang lebih
kompleks, selalu berubah menuju ke kemajuan. Terdapat hukum tiga tahap, yaitu:
a)
Tahap teologis dan Militer, yaitu suatu tahapan dimana hubungan sosial bersifat
militer, masyarakat senantiasa bertujuan untuk menundukkan masyarakat lainnya.
b)
Tahap metafisik dan religius, yaitu suatu tahapan dimana dalam masyarakat sudah
terjadi adanya suatu hubungan atau jembatan pemikiran yang menghubungkan
masyarakat militer dan industri.
c)
Tahap Ilmu Pengetahuan dan Industri, yaitu suatu tahapan dimana industri
mendominasi hubungan sosial dan produksi menjadi tujuan utama masyarakat.
2)
Pola Siklus
Menurut pola siklus, masyarakat berkembang laksana
sebuah roda. Pada suatu saat ada di atas dan saat lain ada di bawah. Masyarakat
mengalami kemajuan dalam peradabannya, namun suatu saat akan mengalami
kemunduran bahkan mungkin mengalami suatu kemusnahan. Perjalanan peradaban
manusia laksana sebuah perjalanan gelombang, bisa muncul tiba-tiba, brkembang
dan kemudian lenyap. Bisa juga diibaratkan seperti perkembangan seorang manusia
mengalami masa muda, masa dewasa, masa tua dan kemudian punah.
3)
Gabungan
beberapa Pola
Teori ni menggabungkan pola linear dan juga pola
siklus. Perubahan sosial dalam masyarakat bisa berbentuk pola siklus dan
linear. Contoh perubahan linear, dicontohkan oleh pemikiran Marx, menurut Marx,
masyarakat berubah dari masyarakat komunis tradisional menjadi modern.
Menurutnya perkembangan pesat kapitalisme akan memicu konflik antar buruh
dengan kaum borjuis yang akan dimenangkan oleh kaum buruh kemudian akan
membentuk masyarakat komunis. Pemikiran siklis Marxterlihat dari pandangannya
bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan terus menerus antara kelas-kelas
dalam masyarakat. Setelah satu kelas menguasai kelas lainnya siklus akan
berulang lagi.
- Teori Modern Perubahan Sosial
Pada umumnya para penganut teori modern perubahan
sosial melihat perubahan sosial pada negara-negara berkembang berjalan secara linear
(bergerak dari tradisional ke modernisasi) dan evolusioner (bergerak lambat).
Di lain pihak ada pandangan penganut teori konflik, yaitu mereka yang melihat
bahwa sebenarnya perubahan itu tidak memberikan dapak kemajuan bagi
negara-negara berkembang. Yang terjadi sebaliknya, negara-negara berkembang
menjadi negara yang terbelakang dan menciptakan ketergantungan negara
berkembanga kepada negara-negara industri maju di Barat.
Berikut
ini adalah beberapa pandangan teori modern perubahan sosial :
- Teori Modernisasi
Teori ini berpandangan bahwa negara-negara
terbelakang akan meniru seperti apa yang telah dilakukan oleh negara-negara
industri maju. Dengan meniru negara-negara maju mereka akan menjadi negara yang
berkembang melalui proses modernisasi.
- Teori Ketergantungan (dependencia)
Teori ini berpandangan bahwa berdasarkan pengalaman
kepada newgara-negara Amerika Latin telah terjadi perkembangn dunia yang tidak
merata. Di satu pihak negara-negara maju mengalami perkembangan, di lain pihak
secara bersamaan negara-negara dunia ketiga mengalami kolonialisme dan
neo-kolonialisme bahkan justru menjadi semakin terbelakang, dunia ketiga tidak
nengalami tahap ”tinggal landas”. Keadaan ini menciptakan negara dunia ketiga
yang ekonominya berbasis kepada sumber daya alam selalu tergantung pada negara
industri maju.
- Teori sistem dunia
Teori ini berpandangan, seperti dicetuskan oleh
pendirinya Immanuel Wallerstein, bahwa perekonomian kapitalis dunia terbagi
atas tiga jenjang, yaitu: negara-negar inti, negaranegara semi periferi, dan
dan negara-negara periferi.
- Faktor yang menyebabkan perubahan sosial
Interelasi dan interaksi sosial masyarakat mendorong
perkembangan berpikir dan reaksi emosional para anggotanya. Hal ini mendorong
masyarakat untuk mengadakan berbagai perubahan. Perkembangan kualitas dan
kuantitas anggota masyarakat juga mendorong perubahan sosial.
Prof.Dr.Soejono Soekanto menyebutkan adanya faktor
intern dan ekstern yang menyebabkan perubahan sosial dalam masyarakat, yaitu:
1. Faktor intern
· Bertambah dan berkurangnya penduduk.
· Pemberontakkan dalam tubuh masyarakat.
· Adanya penemuan-penemuan baru
· Konflik dalam masyarakat.
- Faktor Ekstern
· Faktor alam yang ada disekitar manusia yang berubah,
seperti bencana alam.
· Pengaruh kebudayaan lain dengan melalui adanya
kontak kebudayaan antara dua masyarakat atau lebih yang memiliki kebudayaan
yang berbeda.
III. KESIMPULAN
Teori kepemimpinan membicarakan mengenai bagaimana
seseorang menjadi pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin, dan
teori tentang kepemimpinan itu diantaranya adalah teori kelebihan, teori sifat,
teori keturunan, teori kharismatis, teori bakat dan teori sosial.
Tipe
kepemimpinan adalah gaya atau corak kepemimpinan yang dibawakan oleh seorang
pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya seorang pemimpin dalam
menjalankan kepemimpinan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor
pendidikan, pengalaman, usia, karakter tabiat atau sifat yang ada pada diri
pemimpin tersebut. Orang yang ambisius untuk menguasai setiap situasi apabila
menjadi pemimpin cenderung akan bersifat otoriter. Orang yang mempunyai sifat
kebapakan apabila menjadi pemimpin cenderung akan menjalankan kepemimpinan yang
bertipe paternalistik sedangkan pemimpin yang tidak menguasai bidang tugas yang
menjadi wewenangnya akan menyerahkan segala sesuatunya pada bawahan sehingga
gaya kepemimpinannya cenderung bersifat laisser faire.
Perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi
dalam fungsi dan struktur masyarakat. Perubahan-perubahan sosial dikatakan
sebagai perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan tehadap
keseimbangan hubungan sosial tersebut. Setiap perubahan yang terjadi dalam
struktur masyarakat atau perubahan dalam organisasi sosial disebut perubahan
sosial.
1 comments:
Click here for commentsMGM Grand Casino in Las Vegas - Mapyro
MGM Grand Casino is located in Las Vegas 상주 출장안마 Strip, 포천 출장샵 just a 10-minute drive from 충주 출장안마 Golden Nugget 김제 출장샵 Casino. 광명 출장마사지 The casino's 16,000-square foot gaming space offers
ConversionConversion EmoticonEmoticon